Jumat, 19 November 2010

Buyung Tetap Bela Gayus

Share:


Jumat, 19 November 2010 | 10:23:11
JAKARTA,Sumutcyber- Komitmen Kapolri untuk menuntaskan motif dibalik kepergian Gayus Tambunan ke Bali diawasi ketat Presiden SBY. Kemarin (18/11), Jenderal Timur Pradopo dipanggil menghadap ke kediaman pribadi SBY di Puri Cikeas, Bogor, Jawa Barat. Timur datang didampingi staf pribadinya menggunakan mobil dinas sekitar pukul 15.45. Wartawan tidak diizinkan mendekat ke komplek yang dijaga Pasukan Pengamanan Presiden itu.
Selain Kapolri, hadir pula Wakil Presiden Boediono, Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa, Menteri Keuangan Agus Martowidjoyo, Menteri Perdagangan Marie Elka Pangestu, dan Menteri Perencanaan Pembangunan Armida Alisjahbana.  Mengapa Timur Pradopo hadir dalam rapat yang dihadiri jajaran menteri di bidang ekonomi dan moneter ? Juru bicara presiden Julian Aldrin Pasha enggan menjelaskan secara detail. "Presiden mendapatkan laporan dari jajaran menterinya. Tentu, jika Kapolri datang dalam kepentingan yang hampir sama," jawabnya diplomatis.
Informasi yang dihimpun Jawa Pos, SBY secara khusus meminta perkembangan pengusutan kasus Gayus Tambunan pada Timur Pradopo setelah ada informasi pertemuan Gayus dengan sejumlah pihak di Bali. Permintaan SBY itu sebenarnya sudah disampaikan secara terbuka pada wartawan Selasa 16/11 lalu di Kantor Presiden. Presiden juga meminta pertimbangan dari jajaran menteri bidang perekonomian terkait imbas skandal plesiran Gayus ini dunia investasi dan kepercayaan para pengusaha.
Dikonfirmasi soal informasi ini Julian lagi-lagi menjawab secara datar. "Kapolri melaporkan seperti biasa perkembangan institusi kepolisian, jadi tidak bisa saya informasikan secara spesifik meski Presiden yakin bahwa kepolisian akan berkomiten untuk menyelesaikan secara tuntas," kata Julian.
Informasi lain yang didapatkan Jawa Pos dari sumber yang lain, Timur Pradopo sebenarnya telah melaporkan perkembangan pengusutan motif Gayus ke Bali Selasa (16/11) lalu secara tertutup pada presiden. Pertemuan Kamis petang (18/11) kemarin hanyalah penegasan restu SBY agar Polri bertindak tegas meskipun nantinya akan melibatkan sejumlah tokoh atau kepentingan bisnis tertentu.
Secara terpisah, pengacara Gayus, Adnan Buyung Nasution mengungkap fakta penting kemarin. Menurut mantan anggota Dewan Pertimbangan Presiden itu, penghubung Gayus dengan jaringan kelompok usaha Bakrie menghilang.
Orang itu adalah Cahyo Imam Maliki yang berperan sebagai penghubung antara Gayus dan perusahaan Bakrie."Makanya, kalau orang ini (Imam) tidak dihadapkan, maka kasus ini akan terputus sampai di Gayus," kata Adnan di kantornya Gedung Global Jakarta kemarin (18/11).
Seperti yang diketahui Imam merupakan konsultan pajak PT Bumi Resources, salah satu perusahaan dibawah grup Bakrie. Imam pun tidak pernah berhasil dihadirkan sebagai saksi dalam beberapa persidangan mafia pajak yang digelar di Pengadilan Jakarta Selatan. Jaksa penuntut umum (JPU) selalu beralasan Imam memgalami gangguan jiwa pasca mencuatnya kasus mafia perpajakan.
Adnan mendesak pihak kepolisian mencari Imam. Sebab, jika Imam tidak bisa dihadirkan, maka upaya untuk membongkar kasus permainan pajak sangat di perusahan-perusahaan di bawah Bakrie sangat sulit dilakukan. "Saya tidak katakan perusahaan Bakrie salah, tapi perlu diperiksa sejauh mana permainan pajak perusahaan itu. Perlu diselidiki pula bagaimana uang Rp 25 miliar sampai ke rekening Gayus," imbuh pengacara senior itu.
Nah, karena ingin mengungkap kasus besar yang ada di balik Gayus ini, Adnan pun tidak meninggalkan Gayus.  "Saya memang pernah bilang kalau dia (Gayus terbukti pergi ke Bali, saya tinggalkan dia," kata pengacara yang identik dengan rambut peraknya ini. "Tapi sekarang, saya terpaksa bersikap lain karena ada kepentingan yang lebih besar, saya berharap Gayus mau membuka seluruh mafia pajak," imbuhnya.
Saat ditanya apakah Gayus mengakui kepada tim pembela bahwa dirinya bertemu seorang tokoh di Bali, Adnan pun menjawab bahwa kliennya belum mengakuinya. Kata Adnan, hingga saat ini, Gayus mengatakan tidak bertemu siapapun di Bali. Dia hanya semata-mata ingin menemui petenis idolanya, Maria Sharapova. "Sudah lama dia ingin ketemu Maria," terangnya.
Saat ini, Polri memang belum mengusut penyuap Gayus. Padahal jelas-jelas pecatan Dirjen Pajak ini sudah mengakui mendapatkan fulus besar dari perusahaan-perusahaan kakap yang punya afiliasi dengan Grup Bakrie. Gayus mendapatkan order awalnya pada 2008. Saat dia mengurusi kasus pajak PT Kaltim Prima Coal yang mengalami hambatan di Kantor Pelayanan Pajak untuk Wajib Pajak Besar di Gambir, Jakarta Pusat. Surat ketetapan pajak periode 2001-2005 perusahaan itu tidak keluar karena persoalan kurs.
Gayus dibantu Maruli Pandapotan Manurung, Kepala Seksi Pengurangan dan Keberatan pada Direktorat Keberatan dan Banding Kantor Pusat Direktorat Pajak. Order pertama itu membuka peluang bagi Gayus memperoleh pesanan selanjutnya. Kepada penyidik, Gayus mengatakan membantu membereskan tiga kasus pajak perusahaan Grup Bakrie sepanjang 2008. Selain kasus tertahannya surat ketetapan pajak PT Kaltim Prima Coal, Gayus membantu proses banding PT Bumi Resources di pengadilan pajak serta membuatkan surat pemberitahuan pajak pembetulan untuk pengurusan sunset policy PT Kaltim Prima Coal dan PT Arutmin Indonesia.
Berkat sokongan Gayus dan kelompoknya, ketiga perusahaan Bakrie itu terhindar dari keharusan menyetor pajak plus denda dengan jumlah lebih banyak ke kas negara. Menurut Gayus, tiga perusahaan itu memilih jalur belakang, membayar sogokan melalui mafia pajak setidaknya US$ 7 juta atau sekitar Rp 65 miliar. Saat nglencer ke Bali, Gayus mengakui makan malam dengan seseorang yang merupakan pengurus partai politik. Pada tanggal yang sama (4-6 November 2010), Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie juga menonton tenis di Nusa Dua.
Ical, panggilan Aburizal Bakrie, sudah membantah keras bertemu Gayus. Dia menyebut, ada pihak-pihak yang sedang khawatir dengan bangkitnya Partai Golkar dan menebar fitnah. Kabareskrim Komjen Ito Sumardi juga masih enggan terbuka soal motif Gayus ke Bali. "Saya bukan hakim, biar pak hakim saja nanti di pengadilan yang menjelaskan," kata mantan Kapolwiltabes Surabaya itu. Soal penyidikan aliran dana suap Gayus dari kelompok Bakrie, Ito juga enggan membeber. "Sementara ini baru pengakuan (Gayus). Belum ada pembuktian lain," katanya. (rdl/fal/kuh/sof)

0 Comments:

blogger templates 3 columns | Make Money Online